Skip to main content

Review Buku Selasa Bersama Morrie | Tuesdays With Morrie (Mitch Albom)

Selasa tidak hanya tentang hari, namun adakalanya tentang Mantan Dosen dengan Mantan Mahasiswanya. Bagaimana Review Buku Selasa Bersama Morrie?


Simak Review Buku Selasa Bersama Morrie di bawah ini ya gaes!
"Tahukah kau apa yang sesungguhnya membuat kita puas? Menawarkan sesuatu yang sudah semestinya kita berikan."(hal.133)
.
TUESDAYS WITH MORRIE

Judul : Tuesdays With Morrie (Selasa Bersama Morrie)
Penulis : Mitch Albom
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 1997. Cetakan kesepuluh : 2016
ISBN : 978-602-03-3457-8
Halaman : 207

Seperti judul bukunya, selasa bersama Morrie ini berkisah tentang seorang Mitch--anak didik di bangku kuliah - - yang enam belas tahun setelah menyelesaikan study-nya, dia kembali menjumpai mantan Dosennya-Morrie--yang terserang penyakit ALS. 


Bertemunya mereka berdua--sudah seperti Ayah dan Anak--dengan tujuan membuat project kuliah kehidupan. Dimana Mitch setiap Selasa mengunjungi Dosennya tersebut untuk berbincang--seperti wawancara--dan kemudian akan menuliskan perbincangan mereka dalam suatu project buku. Meskipun buku itu diterbitkan empat tahun setelah kuliah kehidupan itu selesai--setelah Morrie wafat.


Ini adalah kisah yang sangat menarik bagi saya, dimana seorang mantan Dosen--karena telah pensiun--memberikan lagi perkuliahan mengenai makna kehidupan.


Setiap lembar di dalam buku ini, tidak satupun yang luput dari makna akan kehidupan. Mulai dari makna cinta, kehidupan, kematian, budaya, perkawinan, emosi, materi dan hal lainnya yang terkadang luput dari pertimbangan manusia 




Dalam penyampaiannya juga dengan kalimat yang sangat sopan namun tidak kaku. Konflik pendukung juga sangat menguatkan dan berkorelasi langsung dengan konflik utama.

Tapi, konflik utama di sini bukan seperti konflik percintaan di novel romance yang tiba-tiba meledak. Konflik di sini cukup netral dan menyebar.

Menurutku buku ini aku beri rate ⭐4/5

Walaupun isinya sangat padat dan jelas, namun bagi aku yang terbiasa membaca novel dengan rangkaian kata yang indah--bucin, aku agak lama menghabiskan buku ini sebab sedikit monoton. Meskipun hal tersebut dapat ditutupi dari penyuguhan makna hidup yang membuatku penasaran, apalagi sih makna hidup bagi seorang Morrie yang akan meninggalkan kehidupannya.


Buku ini sangat aku rekomendasikan untuk kalian yang tidak suka bertele-tele dan mencoba berpikir kritis, sebenarnya apa yang kita perlukan dalam menjalani hidup dan mati. "begitu kita ingin tahu bagaimana kita akan mati, itu sama dengan belajar tentang bagaimana kita harus hidup." (hal. 87)


Gimana review buku Selasa Bersama Morrie? Tertarik kan  untuk membacanya. Langsung aja beli di toko buku terdekat di kota kalian ya. Jangan lupa beli yang original ya gaess.

Comments

Popular posts from this blog

ADA APA DI BUKU "SATU HARI DI 2018" | BOY CANDRA

Boy Candra sudah sangat terkenal dengan karya-karya bukunya, tidak terkecuali buku Satu Hari di 2018

REVIEW BUKU ARIMBI | ANJAR LEMBAYUNG

Arimbi si raksasa buruk rupa mencintai Bimasena yang gagah dan rupawan. Bagaimana kelanjutan dengan kisah Arimbi? Simak review buku Arimbi ! "Ajarkan aku bisikan mantra Dewi Kunti, agar aku menjelma menjadi wanita cantik. Dan kamu... jatuh cinta padaku." Sontak ketika membaca kalimat di atas yang disuguhkan tepat pada cover depan, membuat aku penasaran dong. Apakah Dewi Kunti itu kuntilanak atau bagaimana? Apakah ini cerita tentang pemujaan setan? Kali ini akan aku review buku Arimbi. Judul : Arimbi Penulis : Anjar Lembayung Penerbit : ScrittoBooks Tahun : 2018 Halaman : 212 ISBN : 978-602-51347-0-8 Ah ternyata dugaanku salah. Novel ini mengisahkan Arimbi, seorang gadis hampir mendekati usia kepala tiga, yang masih belum saja mendapatkan jodoh. Dia percaya akan kisah pewayangan Indonesia yang sering kali diceritakan Eyang Kakung kepadanya. Dia seperti dikutuk menjadi Dewi Arimbi--raksasa buruk rupa--yang mencintai Bimasena--seorang le

Review Filosofi Teras [Hendri Manampiring] | Panduan Hidup Zaman Now

Filosofi Teras sangat ramai di praktekkan oleh para filsuf. Apa yang membuatnya menarik?